Kolaborasi OpenAI dan Jony Ive ternyata tak semulus yang dibayangkan. Mengapa proyek perangkat AI portabel mereka terhambat kendala teknis besar?
OpenAI & Jony Ive: Kendala Teknis dalam Pembuatan Perangkat AI Portabel
Beberapa waktu lalu, aku duduk di warung kopi langganan sambil baca berita teknologi di ponsel. Beritanya soal kolaborasi OpenAI dan Jony Ive — ya, si desainer legendaris dari Apple itu. Katanya mereka lagi ngerancang perangkat AI portabel, semacam “asisten pribadi masa depan” yang bisa kita bawa ke mana-mana. Kedengarannya keren banget kan? Tapi pas aku baca lebih dalam, ternyata gak sesimpel itu. Ada kendala teknis, bahkan katanya proyeknya sempat mandek.
Jujur aja, aku sempat mikir, “Loh, masa OpenAI dan Jony Ive aja bisa kesulitan?” Mereka kan dua nama besar — satu ahli otak buatan, satu lagi jago desain yang bikin iPhone terlihat abadi. Tapi ya begitulah dunia teknologi: gak semua ide cemerlang bisa langsung jadi kenyataan. Kadang yang bikin susah justru hal-hal sepele kayak ukuran chip, daya baterai, atau panas berlebih. Kecil, tapi ngeselin.
Menurut data terbaru yang ramai dibahas di X (Twitter) dan TikTok, pengguna banyak yang antusias tapi juga skeptis. Katanya, perangkat AI portabel ini terlalu ambisius buat teknologi sekarang. Banyak yang ngebandingin dengan Humane AI Pin, yang katanya canggih tapi akhirnya kurang praktis. “AI portable itu kayak mimpi yang belum bangun,” kata salah satu netizen di kolom komentar IG.
1. Ide Gila yang Nyaris Jadi Nyata
OpenAI punya visi: gimana kalau kecerdasan buatan bisa benar-benar “teman sehari-hari”? Bukan sekadar di layar, tapi hadir secara fisik. Di sisi lain, Jony Ive ingin mendesain perangkat yang tidak terlihat seperti gadget, tapi terasa alami — kayak ekstensi tubuh manusia.
Masalahnya, waktu mereka mencoba menyatukan dua hal itu, justru muncul dilema besar. Teknologi AI modern butuh daya besar, tapi form factor yang mereka mau itu kecil, simpel, dan elegan. Kayak nyoba masukin gajah ke koper.
2. Kendala Teknis yang Bikin Pusing
Berdasarkan laporan dari beberapa analis industri, ada tiga kendala utama dalam proyek ini:
-
Konsumsi daya tinggi. Model AI seperti GPT butuh komputasi besar yang boros energi.
-
Ukuran perangkat keras. Hardware mini dengan kemampuan tinggi masih sulit dibuat massal.
-
Pendinginan dan privasi. Semakin kecil bentuknya, semakin susah menjaga keamanan data pengguna.
Salah satu sumber bilang, tim OpenAI sempat eksperimen dengan chip khusus neural, tapi hasilnya belum maksimal. Aku sempat mikir, mungkin ini kayak ngeluarin motor listrik yang kecepatannya kalah dari sepeda onthel — niatnya bagus, tapi realitanya belum siap.
3. Komentar Publik: Antara Kagum dan Ragu
Kalau kamu lihat di TikTok, banyak yang bilang “AI portable tuh masa depan”, tapi di X banyak juga yang nyindir, “masa depan yang berat di charge”.
Sementara di Instagram, para fans desain Jony Ive malah sibuk nebak-nebak bentuknya. Katanya bakal mirip Apple Watch, tapi lebih personal.
Lucunya, ada yang komen begini: “Kalau AI-nya bisa bantu ngelupain mantan, saya beli dua.” Nah, ini contoh nyata bahwa ekspektasi publik udah tinggi banget.
4. OpenAI dan Jony Ive: Dua Kepala Keras dalam Satu Visi
Kolaborasi dua tokoh besar ini kayak duet musisi beda genre. OpenAI pengin “pintar”, Ive pengin “indah”. Tapi menyatukan keduanya bukan hal mudah. Bahkan kabarnya, tim sempat ribut soal apakah perangkat ini perlu layar atau cukup pakai suara dan proyeksi.
Dari sisi desain, Ive pengin sesuatu yang pure, tanpa gangguan visual. Tapi OpenAI sadar, AI butuh konteks visual buat bantu manusia berinteraksi. Ya udah, jadinya tarik-tarikan terus.
5. Masa Depan Perangkat AI Portabel: Layak Ditunggu atau Sekadar Tren?
Beberapa analis bilang, proyek ini belum gagal, tapi juga belum siap masuk pasar. OpenAI sedang bereksperimen dengan AI chip hemat daya dan integrasi cloud hybrid biar prosesnya bisa dibagi antara perangkat dan server.
Kalau berhasil, bisa jadi ini awal era baru. Tapi kalau gagal… yah, palingan bakal jadi pelajaran mahal kayak banyak startup ambisius lain.
Kadang aku mikir, teknologi tuh kayak kopi — makin canggih alatnya, belum tentu rasanya pas. Kadang justru yang sederhana, yang bikin nagih. Tapi siapa tahu, OpenAI dan Jony Ive bisa nemuin “racikan sempurna” itu suatu hari nanti.
Kesimpulan
Kolaborasi OpenAI dan Jony Ive buat perangkat AI portabel ini memang bikin banyak orang penasaran. Tapi di balik ide besar, ada kendala nyata: energi, ukuran, privasi, dan desain. Dunia menunggu apakah mereka bisa menembus batas teknologi yang bahkan perusahaan besar pun belum sanggup.
.jpg)